KBRN, Bengkulu: Kelompok masyarakat lanjut usia (lansia) merupakan kelompok masyarakat yang sangat rentan menghadapi berbagai risiko ketika terjadi bencana alam, baik banjir, tanah longsor, gempa bumi maupun bencana lainnya. Keterbatasan fisik dan penurunan daya respon membuat lansia kerap terhambat dalam hal fisik.
Risiko juga semakin tinggi karena pengaruh penurunan mental maupun sosial yang dialami oleh lansia. Sehingga lansia menjadi pihak yang perlu diedukasi secara khusus dan intensif.
Atas hal ini, fakultas Himpunan Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Fisip Universitas Bengkulu bersama NU Care Lazisnu melakukan edukasi mitigasi bencana di Kabupaten Bengkulu Tengah (26/6/24). Hal itu karena Bengkulu Tengah merupakan wilayah rawan bencana.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB; 2019) mencatat korban jiwa meninggal sebanyak 24 orang dan 10 orang hilang. Serta 44 rumah rusak dan 125 rumah terendam, 5 sekolah rusak dan 4 sekolah terendam, serta 5 ruas jalan terendam dan 1 sarana perikanan rusak berat.
Sasaran pelatihan tersebut berjumlah 50 orang, terdiri dari warga dan kader posyandu lansia. Dalam pelatihan yang dibuka oleh Sekretaris Desa Susup Ilmi Haza , sementara materi mitigasi bencana alam bagi lansia oleh anggota Taruna Siaga Bencana di Provinsi Bengkulu Fahmi dan Arlis.
Ketua tim pengabdian kepada masyarakat Unib Yesiria Ossila menyampaikan bahwa kegaiatan dilakukan sebagai tindak lanjut perjanjian kerja sama antara FISIP Universitas Bengkulu dengan Pemerintahan Desa Susup. Kegiatan ini diharapkan dapat mendorong kesiapsiagaan pemerintah Desa Susup dan masyarakat, khususnya warga lanjut usia dalam menghadapi kemungkinan bencana alam yang terjadi.
Kesiapsiagaan ini nantinya bisa menjadi bahan penyusunan menajamen risiko bagi warga lanjut usia di daerah rawan bencana. Sehingga bisa menekan resiko yang ditimbulkan jika suatu waktu terjadi bencana.