Aktivitasnusantara.Com-Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu perkuat program Desa Digital dengan menggandeng Univerisitas Bengkulu dan Yayasan Akademi Peradaban Desa (YAPD) Dangau Datuk.
Kerjasama ini ditandai dengan Penandatanganan Kesepakatan Bersama (MoU) di Taman Belajar Dangau Datuk (Air Sebakul), Rabu (2/2/2022).
Kedepannya diharapkan Program Desa Digital tidak hanya mengusung kosep – konsep digital namun juga ramah lingkungan atau eco friendly baik produk yang dihasilkan maupun kegiatan keseharian.
Menurut Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah dengan memasukkan nilai – nilai digitalisasi sekaligus ramah lingkungan merupakan dua komponen yang dibutuhkan untuk peradaban masa depan.
“Kita membuat sebuah kesepakatan bagaimana membangun desa itu dengan konsep digitalisasi dan ramah lingkungan jadi memang kita harapkan nanti ada produk di tingkat desa. Karena itu yang dibutuhkan peradaban masa depan,” jelas Rohidin.
Diketahui, sejak beberapa tahun terakhir, Gubernur Rohidin menginisiasi Program Desa Digital yang saat ini telah tersebar di beberapa desa. Seperti di desa-desa yang ada di Kabupaten Bengkulu Selatan, Kepahiang dan Rejang Lebong.
Pemerintah Provinsi Bengkulu, Universitas Bengkulu dan YAPD Dangau Datuk akan menjadi tiga pilar utama pengembangan Desa Digital Ramah Lingkungan.
Konsep tersebut tidak hanya bisa dipadukan dengan desa wisata namun juga dengan produk UMKM yang pada akhirnya menghasilkan pendekatan digital dengan produk ramah lingkungan.
Konsep ini sendiri perlu melibatkan Kabupaten/Kota dengan target sasaran Desa, yang tentunya BUMDes yang berada pada tingkat desa bisa berkolaborasi untuk mengikuti konsep Desa Digital Ramah Lingkungan ini.
“Saya minta jika dimungkinkan kita sudah membuat pilot project misalnya 1 desa di kawasan utara, 1 desa di kawasan timur, 1 desa di kawasan selatan yang bisa kita terapkan konsep desa wisata yang terdigitalisasi sekaligus produknya ramah lingkungan,” pungkas Gubenur Rohidin.
Konsep ramah lingkungan khususnya di Desa menurut pandangan Pembina YAPD Dangau Datuk Hermen Malik adalah bagaimana input yang didapat adalah berasal dari desa, seperti penggunaan pestisida organik yang berasal dari desa itu sendiri. Hal ini juga termasuk sistem pemukiman di mana konsep bangunan yang meminimalkan penggunaan energi, seperti saat siang semua ruangan tidak perlu menggunakan lampu.
“Jadi ramah lingkungan tidak hanya terbatas hanya pada aktifitas ekonomi tetapi juga aktifitas rumah tangga sehari -hari, air harus hemat, energi harus hemat, jangan sampai keluar lampu tidak dimatikan. Ini prinsip – prinsip dasar dari ramah lingkungan,” terang hermen.
Hermen pun mengukapkan tantangan ke depan terkait Desa Digital Ramah Lingkungan adalah pada produk yang dihasilkan harus lah yang benar-benar memiliki kualitas terbaik dari segi isi maupun kemasan dan juga harus ramah lingkungan.
“Digital itu tidak susah, tetapi produknya yang akan dijual itu jauh lebih susah. Jangan sampai kita menjual lalu orang tidak mau lagi membeli. Karena yang utama adalah stabilitas serta kualitas produk harus kita punyai, lalu kemasan. Lebih baik kita belum menjual dulu kalau kualiatasnya belum standar,” tutup Hermen.